Translate

DAHSYATNYA MEMBIASAKAN PEMBIASAAN DISEKOLAH

DAHSYATNYA MEMBIASAKAN PEMBIASAAN DISEKOLAH
Oleh : Agung Margiyanto, S.PdI., M.M., Gr., CH., CHt., CI
 
Salah satu wujud realisasi Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) adalah pembiasaan keagamaan yang dilakukan secara bersama-sama disekolah.
Pembiasaan keagamaan itu menjadi pemandangan indah yang dapat kita lihat disetiap sekolah, khususnya DKI Jakarta. Dihari yang telah disepakati, umumnya dijam Nol sebelum kegiatan belajar dan saat jam istirahat siang - tepatnya shalat dzuhur -, kita melihat bapak/ibu guru & pegawai dan seluruh Peserta Didik (PD) secara bersama-sama melakukan shalat duha, shalat dzuhur, pembacaan juz ‘amma, ceramah agama dll.






Membiasakan pembiasaan keagamaan ini menjadi sangat penting, karena :
Semua aktifitas pembiasaan keagamaan tersebut merupakan aktifitas yang memanfaatkan gelombang otak Alpha difrekuensi 8 - 13,9 Hz, gelombang ini diproduksi saat tubuh dalam keadaan tenang dan santai, sehingga tubuh dan pikiran dapat merasakan kondisi relaks. Saat memasuki gelombang ini pula, Reticular Activating System (RAS) yang membatasi Pikiran Sadar (PS) dan Pikiran Bawah Sadar (PBS) terbuka. Apa itu RAS ? RAS adalah bagian yang memproses informasi berdasarkan analisis, pertimbangan logika dan etika, sebelum suatu informasi masuk kepikiran seseorang. Jika RAS merasakan informasi itu perlu dan aman, maka RAS akan menerima informasi dengan baik, namun jika RAS merasakan tidak perlu dan berbahaya, maka RAS akan menolak informasi tersebut. Saat otak berada digelombang Alpha, kondisi RAS berada pada posisi terbuka lebar, sehingga informasi apapun yang tersampaikan, baik atau buruk, berguna atau tidak, akan langsung diterima dan disimpan rapih dimemori jangka panjang PBS PD, tanpa melalui pertimbangan RAS, dan semua informasi yang masuk kepikiran tersebut menjadi believe (keyakinan) peserta didik. Oleh karenanya sangatlah penting diperhatikan, saat otak memasuki gelombang Alpha, hindari penyampaian informasi yang salah, hindari suara dengan intonasi marah, hindari hal-hal yang dapat menjatuhkan harga diri PD, hindari hal-hal negatif apapun, karena jika itu dilakukan maka informasi yang diterima PD adalah informasi buruk dan energi emosi negatif yang dapat merusak PBS. Saat kondisi otak memasuki gelombang Alpha, sangat dianjurkan menyampaikan informasi-informasi yang benar, sampaikan dengan intonasi suara yang lembut & tegas, memotivasi, menyentuh hati dan semua hal-hal yang positif, jika hal tersebut dilakukan maka tujuan dari kegiatan pembiasaan keagamaan PBP lebih cepat diwujudkan.
Pembiasaan keagamaan yang dilakukan disekolah dapat berdampak sangat positif bagi PD, karena pengalaman apapun yang dialami semua PD melalui pancaindera mereka, baik itu mendengar, merasa, membaca, menulis dll akan merangsang terjadinya hubungan antar sinaps di neuron-neuron otak dan jantung, semakin banyak dan sering PD melakukan aktifitas keagamaan yang sama, maka hubungan antar sinaps semakin banyak, aktif dan tebal, yang hal tersebut berdampak pada peningkatan kecerdasan, kepintaran, kecakapan, kompetensi, keahlian, keterampilan PD dll, dan jika pembiasaan keagamaan yang sama tersebut dilakukan terus-menerus, berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang, maka pembiasaan tersebut akan tersimpan dimemori jangka panjang PBS, sehingga menjadi karakter PD, jika pembiasaan keagamaan sudah menjadi bagian dari karakter PD maka dapat berdampak pada nasib baik PD.
Pembiasaan keagamaan yang dilakukan disekolah secara serius dan terus-menerus sangat berdampak positif bagi PD, karena air dalam tubuh yang dibacakan, diperdengarkan, diperlihatkan dan merasakan Al-Qur’an dan nilai-nilai spiritual, akan membentuk kristal-kristal indah yang berdampak pada kesehatan fisik, mental dan perilaku PD, dan faktanya jumlah air dalam tubuh mendominasi sebanyak 70% dari setiap individu . Hal ini didasari dari penelitian Dr. Masaru Emoto yang mengungkapkan bahwa air ternyata dapat merespons lingkungannya. Air akan membentuk kristal yang indah jika diperdengarkan musik klasik, pemandangan alam yang indah, hal-hal yang berkaitan dengan spiritual. Namun, air akan membentuk rupa yang amat buruk bila diperdengarkan pada musik berlirik vulgar atau dihardik dengan kata-kata negatif.
Budi Pekerti / Karakter Positif (BP/KP) yang telah terbentuk dari kegiatan pembiasaan keagamaan, tetap harus dijaga kestabilannya - apalagi yang belum terbentuk -, karena BP/KP juga bisa rusak, jika berada dilingkungan dan teman negatif, oleh karenanya sangat penting memilih lingkungan dan teman yang baik.   
Ada banyak hal yang menjadi penyebab rusaknya BP/KP, satu diantaranya adalah pembulian, PD yang menjadi korban pembulian pasti merespon kejadian tersebut dengan marah, kecewa, sedih, putus asa dan emosi negatif lainnya, yang kesemuanya itu adalah penghasil energi negatif - yang akan merambat dan terakumulasi disyaraf-syaraf tubuh-, jika energi negatif tersebut dibiarkan tanpa tindakan releasing (melepaskan), maka energi negatif tersebut akan melahirkan berbagai keluhan mental seperti stress, depresi, minder, overthinking, dendam, keras hati dll.
 
 
Daftar Pustaka
1.   Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti
2.   David R. Hawkins, MD, Ph.D., Power vs Force : Rumah Hay, INC
3.   Willy Wong dan Andri Hakim, Dahsyatnya Hipnosis : Visimedia, 2010
4.   Masaru Emoto, The Hidden Messages in Water : Gramedia, 2006
5.   dr. Arman Yurisaldi S, MS, SPS, Merevolusi Cara Belajar Anak Melalui  
            Aktivasi Sirkuit Otak : Generasi Cerdas, 2010

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "DAHSYATNYA MEMBIASAKAN PEMBIASAAN DISEKOLAH"

Posting Komentar